Melihat Kembali Sistem Keuangan Emas Di Nusantara

Rabu, 08 Mei 2013


Tulisan ini mengajak kita  untuk mengingatkan dan melihat kembali bahwa alat tukar yang nyata yaitu emas dan perak telah menjadi tradisi dalam pedagangan di Nusantara dimana uang emas dan perak diukurkan langsung kepada komoditas (barang nyata). Pengetahuan tentang penggunaan koin bimetal ini hilang dikarenakan diberlakukannya uang kertas yang didasarkan pada deretan angka yang tiada bernilai.
Islamic Mint Nusantara (IMN) menggali kembali sistem keuangan berbasis bimetal di Nusantara dan ini bukanlah suatu yang baru sama sekali. Kalau kita melihat kembali ke belakang diketahui penggunaan emas dan perak telah berlangsung sebelumnya di tanah Jawa pada masa dahulu. Dalam penelitian sejarah Nusantara dapat dilihat catatan penggunaan jenis mata uang emas dan perak merupakan bagian dari tradisi kita di Nusantara (Jawa).
Berbagai jenis mata uang yang dikenal saat itu dengan sebutan: Kati (Ka), Tahil (Ta), Suwarna atau Emas (Su), Dharana atau Perak (Dha), Masa (Ma), Atak, Kupang (Ku), Saga (Sa) dan Picis.
Diketahui Kati adalah satuan berat yang dikenal di Indonesia dan Malaysia, termasuk untuk menghitung dalam sistem keuangan dan perniagaan. Jadi saat itu telah ada sistem keuangan berbasis emas dan perak. Kati merupakan satuan hitung dasar, dikertahui bahwa 1 Kati = 750 gram. 3000 Kati = 30 Pikul. Tahil (Ta) untuk menghitung uang dalam sistem moneter.
Catatan tersebut bisa dilihat disini:
1 Tahil = 38 gram = 1/20 Kati (Emas atau Perak).
1 Bantal = 20 Kati
1 Masa = 2.4 gram (1/16 Tahil atau Suwarna atau Dharana)
1 Atak = 2.4 gram = ½ Masa
1 Kupang (Ku) = 0.6 gram = ¼ Masa
1 Saga = 0.16 gram = 1/6 Ku
100 Picis = 1 Kupang disebut Sakupang
200 Picis = 1 Atak disebut Satak
400 Picis = 1 Masa disebut Samas
800 Picis = 2 Masa disebut Domas
1000 Picis = 1 Tali = 1 Laksa disebut Salaksa
100.000 Picis = 1 Keti disebut Saketi
Demikianlah sebagian penjelasan tentang penggunaan mata uang emas dalam keuangan dan niaga di Nusantara. Paling tidak ini bisa menjadi jalan untuk mengerti bahwa emas dan perak mempunyai sejarah yang panjang dalam perdagangan kita dan hari ini sangat mungkin kita kembali kepada penggunaan dinar dan dirham yang telah dicetak oleh Islamic Mint Nusantara (IMN) sejak tahun 2000. (Abbas Firman, IMN)

0 komentar: